ESENSI MANUSIA
(PERSPEKTIF AL-QUR’AN)
Q-Annes dan Hambali mengemukakan bahwa, “Manusia adalah
makhluk yang dipengaruhi dua sumber kebenaran, yakni sumber pada dirinya dan
dari luar dirinya yakni dorongan atau kondisi yang mempengaruhi kesadaran”
(Asyafah, 2010: 33). Manusia dalam istilah lain adalah Insān. Menurut Asy’arī (1992:23) bahwa, “Kata Insān
dan serumpunnya, dijelaskan di dalam Al-Qur`ān yang menyatakan manusia
digunakan sebagai berikut:
a.
Manusia menerima pelajaran dari Tuhan tentang
apa yang dietahuinya. Sesuai dengan firman Allāh SWT:
Artinya:
“ (1) Bacalah dengan
(menyebut) nama Tuhanmu yang
Menciptakan; (2) Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah; (3)
Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah; (4) Yang mengajar (manusia) dengan
perantaran kalam; (5) Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya” (Q.S. Al-’Alaq [96] :
1-5).
b.
Manusia mempunyai musuh yang nyata, yaitu
syaițān. Sesuai dengan firman Allāh SWT :
Artinya:
“Ayahnya berkata:
"Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada
saudara-saudaramu, Maka mereka membuat makar (untuk membinasakan) mu.
Sesungguhnya syaițān itu adalah musuh yang nyata bagi manusia” (Q.S. Yūsuf [12]:5).
c.
Manusia memikul amanat dari Allāh SWT Sesuai dengan
firman Allāh SWT:
Artinya:
“Sesungguhnya kami Telah
mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan
untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan
dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan
amat bodoh”. (Al-Aḥzāb [33]:72)
d.
Tentang waktu bagi manusia, yang harus digunakan agar
tidak rugi. Sesuai dengan firman Allāh SWT:
Artinya:
“(1) Demi masa; (2) Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam
kerugian;( 3) Kecuali orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati
kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran” (Q.S. Al-‘Așr [103]:
1-3).
e.
Manusia hanya akan mendapatkan bagian dari apa yang telah
dikerjakannya. Sesuai dengan firman Allāh SWT: È
Artinya:
“Dan bahwasanya seorang
manusia tiada memperoleh selain apa yang Telah diusahakannya” (Q.S. Al-najm
[53]:39).
f.
Manusia mempunyai kriteria dengan moral atau sopan
santun. Sesuai dengan firman Allāh SWT:
Artinya:
“Dan kami wajibkan manusia
(berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu- bapaknya. dan jika keduanya memaksamu
untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang
itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu,
lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan” ( Q.S. Al-Ankabūt [29]:8).
Sedangkan kata basyar dalam Al-Qur`ān disebut 36 kali dalam 36 ayat.
Adapun kata basyar dijelaskan di dalam Al-Qur`ān untuk menyebutkan
manusia dalam pengertian lahiriahnya.
Satu ayat menyebutnya kata basyar dalam pengertian kulit. Sesuai dengan
firman Allāh SWT:
Artinya:
“ (27) Tahukah kamu apakah (neraka) Saqar itu?;
(28) Saqar itu tidak meninggalkan dan
tidak membiarkan (29 (neraka Saqar)
adalah pembakar kulit manusia” (Q.S. Al-Muddaśir [74] : 27-29).
Dalam 23 ayat diantaranya, kata basyar
menjelaskan bahwa seorang nabi adalah
seorang basyari, yaitu manusia kebanyakan secara lahiriah mempunyai ciri makan dan minum dari bahan
yang sama. Sesuai dengan firman Allāh SWT:
Artinya:
“ (33) Dan
berkatalah pemuka-pemuka yang kafir di antara kaumnya dan yang mendustakan akan
menemui hari akhirat (kelak) dan yang Telah kami mewahkan mereka dalam
kehidupan di dunia: "(Orang) Ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu,
dia makan dari apa yang kamu makan, dan meminum dari apa yang kamu minum.
(34) Dan Sesungguhnya jika kamu sekalian
mentaati manusia yang seperti kamu, niscaya bila demikian, kamu benar-benar
(menjadi) orang-orang yang merugi.” (Q.S. Al-Mu'minūn [23] :33-34).
Dan dua ayat , kata basyar digunakan dalam kaitan dengan
persentuhan laki-laki dan perempuan atau persetubuhan. Sesuai dengan firman
Allāh SWT:
Artinya:
“Maryam
berkata: "Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak
pernah seorang manusiapun menyentuhku dan Aku bukan (pula) seorang
pezina!". (Q.S. Maryam [19]:20)
Empat ayat lainnya, kata basyar dipakai dalam
pengertian manusia pada umumnya. Sesuai dengan firman Allāh SWT:
Artinya:
“Ini tidak lain
hanyalah perkataan manusia". (Q.S. Al-Muddaśir
[74]:25)
Sedangkan lima ayat lainnya menjelaskan tentang
penciptaan basyar yang bermula
dari tanah, sehingga Iblīs tidak mau sujud dihadapannya. Sesuai dengan firman
Allāh SWT:
Artinya:
“(71)
(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya
Aku akan menciptakan manusia dari tanah; (72)
Maka apabila Telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh
(ciptaan)Ku; Maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya;
(73) Lalu seluruh malaikat-malaikat itu
bersujud semuanya; (74) Kecuali Iblis;
dia menyombongkan diri dan adalah dia termasuk orang-orang yang kafir; (75)
Allāh berfirman: "Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada
yang Telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. apakah kamu menyombongkan diri
ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?" (Q.S.
Șād [38] :71-76).
Satu ayat lagi menjelaskan bahwa basyar, manusia semuanya akan mati.
Sesuai dengan firman Allāh SWT:
Artinya:
“(34) Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi
seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad); Maka Jikalau kamu mati, apakah
mereka akan kekal?; (35) Tiap-tiap yang
berjiwa akan merasakan mati. kami akan menguji kamu dengan keburukan dan
kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). dan Hanya kepada kamilah kamu
dikembalikan” (Q.S. Al-Anbiyā` [21] :
34-35).
Di dalam Al-Qur`ān, Allāh sebagai żāt pencipta manusia,
menyebutkan beberapa istilah yang menunjuk kepada manusia, yaitu:
a.
Banī Ādam (Q.S. Al-A’rāf : 31), manusia disebut bani
Adam, karena dilihat dan aspek historis penciptaannya, yaitu makhluk ciptaan
Allāh yang merupakan keturunan nabi Adam.
b.
Basyar (Q.S. Al-Mu'minūn : 33), Penyebutan ini sesuai
dengan sifat-sifat biologis manusia, yaitu makhluk Allāh yang memiliki
sifat-sifat fisik, kimia, biologis dalam kehidupannya, yang membutuhkan makan,
minum.
c.
Al-Insān (Q.S. Al-A’lā': 5), ini manusia memiliki
stfat-sifat psikologis dan kecerdasan, yaitu makhluk yang berfikir dan mampu
menyerap ilmu pengetahuan.
d.
Al-nās (Q.S. Al-Baqarah: 21), dari aspek sosiologis,
manusia merupakan makhluk ciptaan Allāh yang mempunyai sifat-sifat dan
kecenderungan untuk hidup berkelompok dengan sesamanya, sehingga disebut
makhluk social (Wahyudin, 2009:44-45).
Jadi,
Al-Qur`ān telah
menjelaskan, bahwa manusia adalah makhluk ciptaan Allāh yang memiliki
aspek-aspek biologis, psikologis dan sosial.
0 comments:
Post a Comment