Monday, March 28, 2016

ESENSI MANUSIA (PERSPEKTIF AL-QUR’AN)

ESENSI MANUSIA
(PERSPEKTIF AL-QUR’AN)


Q-Annes dan Hambali mengemukakan bahwa, “Manusia adalah makhluk yang dipengaruhi dua sumber kebenaran, yakni sumber pada dirinya dan dari luar dirinya yakni dorongan atau kondisi yang mempengaruhi kesadaran” (Asyafah, 2010: 33). Manusia dalam istilah lain adalah Insān.  Menurut Asy’arī (1992:23) bahwa, “Kata Insān dan serumpunnya, dijelaskan di dalam Al-Qur`ān yang menyatakan manusia digunakan sebagai berikut:
a.     Manusia menerima pelajaran dari Tuhan tentang apa yang dietahuinya. Sesuai dengan firman Allāh SWT:
 Artinya:
“ (1) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang  Menciptakan; (2) Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah; (3) Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah; (4) Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam; (5) Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya” (Q.S. Al-’Alaq [96] :  1-5).

b.      Manusia mempunyai musuh yang nyata, yaitu syaițān. Sesuai dengan firman Allāh SWT  :
Artinya:
“Ayahnya berkata: "Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, Maka mereka membuat makar (untuk membinasakan) mu. Sesungguhnya syaițān itu adalah musuh yang nyata bagi manusia” (Q.S. Yūsuf [12]:5).

c.      Manusia memikul amanat dari Allāh SWT Sesuai dengan firman Allāh SWT:
 Artinya:
“Sesungguhnya kami Telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh”. (Al-Aḥzāb [33]:72)

d.     Tentang waktu bagi manusia, yang harus digunakan agar tidak rugi. Sesuai dengan firman Allāh SWT:
 Artinya:
“(1)  Demi masa; (2)  Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian;( 3)  Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”  (Q.S. Al-‘Așr [103]: 1-3).

e.      Manusia hanya akan mendapatkan bagian dari apa yang telah dikerjakannya. Sesuai dengan firman Allāh SWT: È
Artinya:
“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang Telah diusahakannya”  (Q.S. Al-najm [53]:39).

f.       Manusia mempunyai kriteria dengan moral atau sopan santun. Sesuai dengan firman Allāh SWT:
 Artinya:
“Dan kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu- bapaknya. dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan” ( Q.S. Al-Ankabūt [29]:8).

Sedangkan kata basyar  dalam Al-Qur`ān disebut 36 kali dalam 36 ayat. Adapun kata basyar dijelaskan di dalam Al-Qur`ān untuk menyebutkan manusia dalam pengertian  lahiriahnya. Satu ayat menyebutnya kata basyar dalam pengertian kulit. Sesuai dengan firman Allāh SWT:
Artinya:
 “ (27)  Tahukah kamu apakah (neraka) Saqar itu?; (28)  Saqar itu tidak meninggalkan dan tidak membiarkan (29  (neraka Saqar) adalah pembakar kulit manusia”  (Q.S. Al-Muddaśir [74] : 27-29).

Dalam 23 ayat diantaranya, kata basyar menjelaskan  bahwa seorang nabi adalah seorang basyari, yaitu manusia kebanyakan secara lahiriah  mempunyai ciri makan dan minum dari bahan yang sama. Sesuai dengan firman Allāh SWT:
Artinya:
            “ (33)  Dan berkatalah pemuka-pemuka yang kafir di antara kaumnya dan yang mendustakan akan menemui hari akhirat (kelak) dan yang Telah kami mewahkan mereka dalam kehidupan di dunia: "(Orang) Ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, dia makan dari apa yang kamu makan, dan meminum dari apa yang kamu minum. (34)  Dan Sesungguhnya jika kamu sekalian mentaati manusia yang seperti kamu, niscaya bila demikian, kamu benar-benar (menjadi) orang-orang yang merugi.” (Q.S. Al-Mu'minūn [23] :33-34).

Dan dua ayat , kata basyar digunakan dalam kaitan dengan persentuhan laki-laki dan perempuan atau persetubuhan. Sesuai dengan firman Allāh SWT:
Artinya:
         “Maryam berkata: "Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusiapun menyentuhku dan Aku bukan (pula) seorang pezina!".  (Q.S. Maryam [19]:20)

Empat ayat lainnya, kata basyar dipakai dalam pengertian manusia pada umumnya. Sesuai dengan firman Allāh SWT:
Artinya:
  “Ini tidak lain hanyalah perkataan manusia". (Q.S. Al-Muddaśir [74]:25)

Sedangkan lima ayat lainnya menjelaskan tentang penciptaan basyar  yang bermula dari tanah, sehingga Iblīs tidak mau sujud dihadapannya. Sesuai dengan firman Allāh SWT:
Artinya:
            “(71)  (Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah; (72)  Maka apabila Telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku; Maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya; (73)  Lalu seluruh malaikat-malaikat itu bersujud semuanya; (74)  Kecuali Iblis; dia menyombongkan diri dan adalah dia termasuk orang-orang yang kafir; (75) Allāh berfirman: "Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang Telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?" (Q.S. Șād [38] :71-76).

Satu ayat lagi menjelaskan bahwa  basyar, manusia semuanya akan mati. Sesuai dengan firman Allāh SWT:
Artinya:
                   “(34)  Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad); Maka Jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal?; (35)  Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). dan Hanya kepada kamilah kamu dikembalikan” (Q.S. Al-Anbiyā` [21] : 34-35).

Di dalam Al-Qur`ān, Allāh sebagai żāt pencipta manusia, menyebutkan beberapa istilah yang menunjuk kepada manusia, yaitu:
a.       Banī Ādam (Q.S. Al-A’rāf : 31), manusia disebut bani Adam, karena dilihat dan aspek historis penciptaannya, yaitu makhluk ciptaan Allāh yang merupakan keturunan nabi Adam.
b.      Basyar (Q.S. Al-Mu'minūn : 33), Penyebutan ini sesuai dengan sifat-sifat biologis manusia, yaitu makhluk Allāh yang memiliki sifat-sifat fisik, kimia, biologis dalam kehidupannya, yang membutuhkan makan, minum.
c.       Al-Insān (Q.S. Al-A’lā': 5), ini manusia memiliki stfat-sifat psikologis dan kecerdasan, yaitu makhluk yang berfikir dan mampu menyerap ilmu pengetahuan.
d.      Al-nās (Q.S. Al-Baqarah: 21), dari aspek sosiologis, manusia merupakan makhluk ciptaan Allāh yang mempunyai sifat-sifat dan kecenderungan untuk hidup berkelompok dengan sesamanya, sehingga disebut makhluk social (Wahyudin, 2009:44-45).

Jadi, Al-Qur`ān telah menjelaskan, bahwa manusia adalah makhluk ciptaan Allāh yang memiliki aspek-aspek biologis, psikologis dan sosial.


0 comments:

Post a Comment