Monday, March 28, 2016

HAKEKAT MANUSIA

HAKEKAT MANUSIA



Hakekat berasal dari kata bahasa Arab al-ḥaqīqāt yang berarti kebenaran. Hakekat manusia mengacu kepada kecenderungan tertentu memahami manusia. Hakekat mengandung makna sesuatu yang tetap, tidak berubah-rubah, yaitu identitas esensial yang menyebabkan sesuatu menjadi dirinya sendiri dan membedakannya dari yang lainnya  (Nasution, 1988: 490).
Hakekat manusia pada dasarnya membicarakan pokok soal yang bersifat radikal, yaitu berusaha menemukan akar pengertian tentang manusia yang mungkin saja, melewati batas-batas pengertian yang hanya menekankan pada salah satu aspek kehidupannya, seperti yang terdapat dalam kajian berbagai disiplin ilmu, umpamanya antropology, sosiologi dan psikologi. Hakekat manusia adalah sesuatu yang amat vital yang menentukan kehidupannya ditengah kancah perubahan masyarakat. Al-Qur`ān menegaskan bahwa yang dilihat pada manusia tidak lain,  hanyalah amal perbuatannya atau pekerjaannya. Firman Allāh SWT menegaskan:
Artinya:
           “Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allāh dan rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allāh) yang mengetahuxi akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang Telah kamu kerjakan” (Q.S. At-Taūbah [9]:105).

Ayat di atas, secara tegas menegaskan bahwa apa yang dikerjakan manusia adalah yang menentukan eksistensinya, baik dihadapan Tuhan, Rosul-Nya, maupun bagi orang-orang yang beriman. Pekerjaan atau tindakan manusia merupakan perwujudan sepenuhnya dari dirinya mewakili citra dirinya dan menjadi ukuran untuk menilai dirinya. Selanjutnya Allāh SWT berfirman :
Artinya:
“(39) Katakanlah: "Hai kaumku, Bekerjalah sesuai dengan keadaanmu, Sesungguhnya Aku akan bekerja (pula), Maka kelak kamu akan mengetahui; (40) Siapa yang akan mendapat siksa yang menghinakannya dan lagi ditimpa oleh azab yang kekal". (Q.S. Al-Zumar [39] :39-40)

Pandangan yang lebih menyeluruh seharusnya merupakan hasil pemikiran yang tidak hanya berkisar pada kajian tentang manusia dalarn kaitannya dengan diri sendiri dan lingkungan dunia yang masih terbatas, melainkan menjangkau hakekat manusia secara menyeluruh dan utuh. Pandangan yang menyeluruh dan utuh ini hendaknya mampu menjelas­kan secara penuh harkat dan martabat manusia (Prayitni, 2009:13).
Dari dokumen yang pernah dikumpulkan manusia yang mencerminkan kebutuhan-kebutuhan, kemampuan berpikir dan merasanya, kehidupan dan budayanya, kemampuan untuk rnerambah dan mengua­sai lingkungannya serta menjangkau daerah-daerah yang semakin luas, serta kemampuan spiritual sampai keimanan dan ketakwaannya kepada Tuhan Yang Maha Esa, dapat ditarik kesimpulan tentang hakekat manusia yang di dalamnya terkandung harkat dan martabat manusia, yaitu:
1)      makhluk yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2)      makhluk yang paling indah dan sempurna dalam penciptaan dan pencitraannya
3)      makhluk yang paling tinggi derajatnya
4)      Khalīfah  di muka bumi
5)   pemilik hak-hak asasi manusia(Prayitno, 2009: 14).


Hakekat manusia adalah amalnya, karya, dan dalam karya terjelma nilai-nilai kemanusiaannya. Manusia menampakan dirinya secara nyata dalam karya dalam wujud kebudayaan. Kebudayaan sebagai penjelmaan kesatuasn eksistensi diri manusia sebagai hamba Allāh adalah karya nyata dari manusia sebagai wakil Tuhan di muka bumi dalam karyanya, totalitas diri (Jasad, ḥayat dan Rūḥ). Manusia meyatu secara nyata dan dinamis melalui karyanya kualitas kemanusiaan akan dilihat oleh Allāh dan Utusannya serta orang-orang yang beriman hanya melalui melalui karyanya yang baik, diri manusia akan dapat menemui Tuhannya  (Asy’arī, 1992:91).

0 comments:

Post a Comment